Selasa, 12 Maret 2013

Model Mastery Learning

1. Konsep Belajar Tuntas
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepeuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran  yang diindividualisasaikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Dengan demikian sistem belajar tuntas di harapkan nantinya program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak anatara siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek.

2. Dasar-dasar Belajar Tuntas
 Belajar tuntas (Mastery Learning Theory) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu "Model of Scool Learning" yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carrol bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu de dalam kelas melalui proses belajar mengajar dan pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial.

Untuk lebih menggalakan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu yang diperukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran

Jadi pelaksanaannya oleh James H. Block mengandung arti yaitu:
1. Waktu yang sebenarnya digunakan diusahakan diperpanjang semaksimal mungkin.
2. Waktu yang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan yang optimal dan tepat.

3. Strategi Belajar Tuntas
Benyamin S. Bloom (1968) didalam kertas kerjannya "Learning for mastery theory and practice" mengembangkan atau mengoperasionalkan "mode of school learning" konsep John B. Carroll (1963).  Pengembangan itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pada intinya satrategis itu ialah " jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlukan secara tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan".

Sehingga menurut Bloom ada beberapa implikasi belajar tuntas dan dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Dengan kondisi optimal, sebagaian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (Mastery Learning).
2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
3. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
4. Perumusan tujuan instruktursional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak dperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-kecil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 Orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu.
7. Dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.
8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan "criteria referenced test" bukan "norm referenced test"

4. Ciri-ciri belajar atau mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu:
1. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu.
2. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecakapan belajarnya.
3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
4. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
5. Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kreteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh belikan.
6. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.

5. Variabel-variabel Belajar Tuntas
 1. Bakat siswa (aptitude): Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran.
2. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengelola informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
3.Kualitas pembelajaran (quality of instructional) :Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar.
4. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan yang berbeda -beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Joyce, B. dan Well, M. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar